Sabtu, 12 Mei 2012

"TULANG RUSUK"

Ini kisah keburu-buruan gue buat ngerjain tugas bahasa Indonesia,
Baca ya guys :--------)


Senin, 27 februari 2006 hari yang sangat bersejarah bagiku.
Hari itu Aku ingat betul bahwa Aku masih duduk dibangku kelas 1 SD di salahsatu SD dekat rumahku, SDN Harapan Bangsa namanya. Disitu Aku bersekolah dengan senang layaknya anak-anak seumuranku apalagi ditambah Ibuku yang seorang guru disitu. Aku jadi lebih bahagia lagi karena tidak ada batasan minimum untuk uang jajan setiap jam istirahat.
Pada hari itu pula Aku masih ingat saat kali pertamanya sekolahku tidak mengadakan rutinitas upacara yang melelahkan itu, kalau tidak salah itu karena Bapak Kepala Sekolah sedang sakit gigi jadi Ia tidak bisa mendengar suara ber-volume keras yang biasa disuarakan oleh Protokol kakak kelas 5 dan 6. Mendengar kabar itu semua murid di sekolahku tampak lebih ceria tak seperti biasanya. Begitupula Aku.
Saat itu Aku termasuk anak-anak yang lincah dan tidak mau diam, apalagi jika meledek kaum perempuan, rasanya itu adalah kesenanganku, dan menurut Ibu itu adalah watak Ayahku yang melekat di darah dagingku,tetapi Aku tidak peduli pada opininya yang terpenting Aku hidup bahagia, tentram, dan damai. Tetapi semua itu akan sirna apabila upacara bendera dilaksanakan.
Lalu Aku juga masih ingat, setelah mendapati kabar bahwa upacara tidak dilaksanakan, hatiku merasakan gejolak semangat yang begitu tinggi, Aku merasakan rasa bahagia yang sangat super melebihi super manapun, sepertinya hari itu adalah kebahagiaan yang paling menyenangkan. Asalkan kalian tahu teman, Aku sangat membenci upacara bendera, karena saat itu Aku masih belum mengerti apa arti pentingnya upacara bendera merah putih setiap hari senin itu.
Singkat cerita, Aku segera memasuki kelasku yang sangat ramai dengan corak warna-warni ala anak TK itu yang setiap kali dapat memunculkan gairah semangatku. Tidak hanya itu, di kelasku juga terdapat teman-teman yang tak kalah ramainya dengan corak warna-warni itu. Dan saat itu ku lihat mereka tampaknya sama gembira sepertiku.
Tetapi kegembiraan itu sepertinya segera menciut bak balon besar ditusuk jarum yang sangat runcing. Semua gara-gara kehadiran Ibuku yang membawa buku paket Agama untuk bersiap-siap mengisi materi. Tetapi Aku tidak seperti mereka, Aku tetap bahagia karena Aku selalu merasa menjadi raja apabila pelajaran yang diajarkan Ibuku. Ibu Rina namanya :-----------)
Ketika itu Ibu memakai pakaian berwarna merah muda dan rok panjang berwarna putih serta jilbabnya yang terpasang anggun berwarna merah muda, dia terlihat cantik sekali pantas saja Ayah memilihnya.
“ifii, silahkan memimpin do’a” pinta Ibu pada gadis berkuncir dua yang tempat duduknya bersebrangan denganku. Dia adalah gadis yang ku suka, karena dia sangat cantik sih.
“ngg...mmm, sebelum belajar mari kita berdo’a, berdo’a dalam hati mulai”katanya memimpin do’a yang durasinya tak kurang dari 1 menit.
“selesai, berisalam”lanjutnya.
“iiiihhhh ifiii cepet bangetttt”celetuk salah seorang gadis kecil entah siapa namanya.
Aku melirik gadis kecil yang tadi menyelutuk dengan tatapan penuh benci. Entah mengapa apabila ada yang berani nyeletuk atau kurang ajar pada Ifi Aku selalu tidak suka dengan orang itu, termasuk apabila ada guru yang memarahinya, padahal Ifi begitu membenciku karena Aku selalu mengganggu hidupnya.
“sudah-sudah..., kita masuk ke materi ya anak-anak”
Serentak pandangan Ku terfokus pada papan tulis yang sudah dituliskan oleh Ibu menggunakan kapur berwarna merah dengan tulisan : “NABI ADAM AS”
“Ibu bukannya sekarang kita belajar tentang huruf hijaiyah ya bu????”tanya Ifi, gadis ini memang gemar bertanya.
“Ia Ifi, kita kejar materi ya, sebenarnya ini pelajaran kelas 4 nanti”
“kok bisa bu?”
“ia bisa dong sayang, okey dari pada penasaran dengarkan penjelasan Ibu ya..”
“eh tapi-tapi Bu, kata pak Rahmat kemarin, kita harus belajar sesuai materi Bu, ihh Ibu tuh gimana sih, Aku penasaran Bu sama huruf Hijaiyah, belajar itunya nanti kelas 4 saja”gerutunya.
“nah supaya nanti pas kamu kelas 4 gak penasaran ya, soalnya Ibu lagi kepingin ngebahas ini sayyaaanngg”kata Ibu sambil mengelus-elus perutnya, oh iya Aku belum beri tahu, Ibuku sedang hamil adeku saat itu teman.
“ya udah deh bu, supaya anak Ibunya gak ileran kaya Irvan”
Serentak anak-anak menertawai ku.
Aku malu sekaligus senang.
oke sudah-sudah Ibu akan jelaskan tentang materi ini, jadi.......”
Aku dan yang lain menyimak penjelasan Ibu yang begitu menyenangkan. Ceritanya seperti dongeng, tetapi katanya itu bukan dongeng tetapi fakta yang memang terjadi. Aku semakin penasaran mendengar kelanjutan ceritanya. Saat itu yang ada dibayangan Aku hanyalah perempuan,perempuan dan perempuan. Karena kata Ibu, Siti Hawa itu cantik dan diciptakan melalui tulang rusuknya Nabi Adam.
“beneran Bu ?” kataku tak percaya.
“benar sayang, Nabi Adam saat itu kesepian dan butuh teman. Jadi Allah menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuknya”
Saat itu fikiranku melayang tak karuan. Aku menginginkan teman, khususnya teman perempuan.
“ohya Bu, mengapa harus perempuan yang menemani ?”
“karena, di Dunia ini kita hidup berpasang-pasangan sayang”
Spontan kedua mataku melirik kearah Ifi, gadis cantik berkuncir dua itu. Dan entah mengapa Aku menjadi kesal dengannya karena Ia membalas pandanganku dengan tatapan sengit penuh benci ,padahal itu sudah biasa terjadi.
“oh jadi begitu bu! Tenang Fi, Aku gak bakalan ngelirik-ngelirik kamu lagi kok, gak bakal suka kamu lagi kok, Aku juga punya teman cewek yang jauuuhhh lebih cantik!” seruku dengan penuh emosi.
Aku mendengar Ibu beserta yang lainnya tertawa begitu terbahak-bahaknya, apa mereka kiranya ini lucu ???
Aku semakin memuncak emosinya . Pada saat itu Aku segera mengambil carter yang biasa ku gunakan untuk menajamkan pensil yang berada didalam tasku, bukan untuk bunuh diri, tetapi untuk mencari kebenaran atas kata-kataku .
Dan tanpa basa-basi lagi, segera  ku gesekkan carter pada bagian dadaku, pelan-pelan tapi pasti. Ku gesek terus mengesek hingga Aku dapat meraih tulang rusukku. Lalu setetes demi tetes mengubah warna pakaianku. Rasanya perih sekali, namun Aku harus kuat saat itu untuk mencari kebenaran.
Mungkin jika dihitung kedalaman hasil gesekan itu bisa mencapai 2 cm, dan itu cukup dalam ketika kulihat daging bagian dadaku yang warnanya merah pekat bisa ku lihat. Perih, sakit, dan entahlah tak bisa ku ungkapkan, bukankah sepenggal pantun mengatakan, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ?!
Dan gara-gara sepenggal pantun itu Aku semakin penasaran untuk mencari kesenangan yang berarti kebenaran.
“ibu, ibu ilpan tusuk-tusuk badan”
Aku tersentak bukan main dan segera melepaskan carter.
                Tangis ku tiba-tiba meleleh karena kata tak bisa ku ucap.
Lalu Ibu ku segera meraih tubuhku yang kian perih penuh darah bercucuran dibaju putihku yang kini tersulap menjadi sama seperti celanaku yang berwarna merah darah.
“ifi, liat aja, bentar lagi kalau Aku gak sakit lagi Aku bakalan ambil Tulang Rusuk Aku biar dapetin perempuan yang lebih cantttiiikkk lagi selain kammuu”kataku terbata-bata sambil menangis menahan sakit.
Setelah itu Aku lupa kejadian apa yang menimpa diriku, semuanya gelap. Dan tiba-tiba terang kembali ketika Aku mendapati diriku berada di sebuah Rumah Sakit. Untunglah Aku masih bisa menghirup udara segar di Dunia ini dan melihat wajah penyesalan Ibu yang tiada henti terucap serta kecupannya pada keningku tiada henti.
“ibu memang salah terlalu memaksakan kehendak, tetapi sungguh Ibu hanya tak mau rumor-rumor kalau ngidamnggak diturutin itu anaknya bakalan ngiler, tau-taubegini Ibu lebih baik ade kamu ileran sayang dari pada kamu mati konyol gara-gara cinta monyetmu itu”
“lagian kamunya juga Rina, mereka masih terlalu kecil untuk mendengarkan cerita yang mungkin biasa saja menurutmu”
“lah tetapi buktinya yang lain biasa-biasa saja, dianya saja yang terlalu terobsesi pada wanita. Dan itu seperti mu !”
“berarti dia normal”
Ku dengar Ayah dan Ibu saat itu saling beradu mulut membicarakanku. Hmm .. karena pada saat itu Aku tidak mengerti, Aku lebih baik diam dan tertidur untuk menghilangkan rasa sakit yang masih terasa dalam tubuhku.
Dan kejadian konyol itu akan selalu Aku ingat hingga kini Aku mengerti betapa bodohnya diriku saat itu. Dan semoga saja, Ifi, gadis cantik berkuncir dua itu bisa mengerti betapa Aku sangat depresi ingin mendekatinya saat itu. (Alay ya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar